BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Udara
adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi.
Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Kualitas dari udara yang
telah berubah komposisinya dari komposisi udara alamiahnya adalah udara yang
sudah tercemar sehingga tidak dapat menyangga kehidupan. Udara merupakan
komponen kehidupan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia maupun
makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan hewan. Tanpa makan dan minum kita
bisa hidup untuk beberapa hari tetapi tanpa udara kita hanya dapat hidup untuk
beberapa menit saja
Pencemaran
udara adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat,energi dan/ atau komponen lain ke dalam air atau udara. Pencemaran juga
bisa berarti berubahnya tatanan (komposisi) air atau udara oleh
kegiatan manusia dan
proses alam, sehingga kualitas air/ udara menjadi kurang atau tidak dapat
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa
polutan sama sekali. Pencemaran udara pada suatu tingkat tertentu dapat
merupakan campuran dari satu atau lebih bahan pencemar, baik berupa padatan,
cairan, atau gas yang masuk terdispersi ke udara dan kemudian menyebar ke
lingkungan sekitarnya. Kecepatan penyebaran ini tentu tergantung pada keadaan
geografi dan metereologi setempat. Sebagian besar pencemar udara (sekitar 75%)
berasal gas buangan hasil pembakaran bahan bakar fosil. Sumber polusi yang
utama berasal dari kendaraan bermotor. Sumber-sumber polusi lainnya misalnya
pembakaran, proses industri, pembuangan limbah dan lain-lain
Sumber pencemaran timbal (Pb) terbesar berasal dari
pembakaran bensin, dimana dihasilkan berbagai komponen timbal (Pb), Timbal (Pb)
dicampurkan ke dalam bensin sebagai anti letup atau anti knock aditif dengan
kadar sekitar 2,4 gram/gallon. Timbal (Pb) yang digunakan untuk anti knock
adalah tetraethyl timbal (C2H5)4. Fungsi penambahan timbal (Pb) adalah
dimaksudkan untuk meningkatkan bilangan oktana. Timbal (Pb) adalah bahan yang
dapat meracuni lingkungan dan mempunyai dampak pada seluruh sistem di dalam
tubuh. Timbal (Pb) dapat masuk ke tubuh melalui inhalasi, makanan dan minuman
serta absorbsi melalui kulit.
Menurut
Environment Project Agency, sekitar 25% Pb tetap berada dalam mesin dan 75%
lainnya akan mencemari udara sebagai asap knalpot. Emisi Pb dari gas buangan
tetap akan menimbulkan pencemaran udara dimanapun kendaraan itu berada,
tahapannya adalah sebagai berikut: sebanyak 10% akan mencemari lokasi dalam
radius kurang dari 100 m, 5% akan mencemari lokasi dalam radius 20 Km, dan 35%
lainnya terbawa atmosfer dalam jarak yang cukup jauh.
Logam Timbal (Pb) sebagai gas buang kendaraan
bermotor dapat membahayakan kesehatan dan merusak lingkungan. Pb yang terhirup
oleh manusia setiap hari akan diserap, disimpan dan kemudian ditampung dalam
darah. Bentuk kimia Pb merupakan faktor penting yang mempengaruhi sifat-sifat
Pb di dalam tubuh. Komponen Pb organik misalnya tetraethil Pb segara dapat
terabsorbsi oleh tubuh melalui kulit dan membran mukosa. Pb organik diabsorbsi
terutama melalui saluran pencernaan dan pernafasan dan merupakan sumber Pb
utama di dalam tubuh. Tidak semua Pb yang terhisap atau tertelan ke dalam tubuh
akan tertinggal di dalam tubuh. Kira-kira 5-10 % dari jumlah yang tertelan akan
diabsorbsi melalui saluran pencernaan, dan kira-kira 30 % dari jumlah yang
terisap melalui hidung akan diabsorbsi melalui saluran pernafasan akan tinggal
di dalam tubuh karena dipengaruhi oleh ukuran partikel-partikelnya.
BAB
II
PEMABAHASAN
A. Pencemaran
Udara
Udara
adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi dan
komponen campuran gas tersebut tidak selalu konstan (Fardiaz, 1992). Udara juga
merupakan atmosfer yang berada di sekeliling bumi yang fungsinya sangat penting
bagi kehidupan manusia di dunia ini. Dalam udara terdapat oksigen untuk
bernafas, karbondioksida untuk proses fotosintesis oleh klorofil daun dan ozon
untuk menahan sinar ultraviolet.
Udara
sebagai salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, merupakan
kebutuhan utama bagi manusia, hewan dan tanaman dalam mempertahankan hidupnya.
Oleh karena itu udara perlu dijaga kebersihannya, melalui pemantauan,
pengaturan dan pembatasan pemanfaatannya sehingga tidak melampaui batas yang
masih diperkenankan bagi kehidupan.
Pencemaran
udara merupakan salah satu faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam
mencapai pembangunan berwawasan lingkungan. Sesuai dengan pembangunan nasional
yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat
Indonesia, maka studi pencemaran udara merupakan studi yang mengkaitkan udara
atau atmosfer sebagai sumber daya alam dengan kepentingan manusia seperti
kesehatan, keselamatan, kesejahteraan dan kenyamanan (K4). Untuk menuju K4
tersebut diatas, perlu dijaga keselarasan, keserasian, kesetimbangan dan
kebulatan yang utuh dalam setiap kegiatan pembangunan.
Pencemaran
udara adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat energi, dan atau
komponen lain ke dalam air atau udara. Pencemaran juga bisa berarti berubahnya
tatanan (komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam,
sehingga kualitas air/ udara menjadi berkurang atau tidaka dapat berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukannya.
Salah
satu aktifitas manusia yang yang dapat mencemari udara adalah Penggunaan logam
– logam berat dalam berbagai keperluan sehari-hari berarti telah secara
langsung maupun tidak langsung, atau sengaja maupun tidak sengaja, telah
mencemari lingkungan. Beberapa logam berat tersebut ternyata telah mencemari
lingkungan melebihi batas yang berbahaya bagi kehidupan lingkungann. Logam –
logam berat yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan terutama adalah
merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd), Khromium (Cr) dan Nikel
(Ni). Logam – logam tersebut diketahui dapat mengumpul di dalam tubuh suatu
organisme, dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu lama sebagai racun
yang terakumulasi .
Batas
Baku mutu pencemaran udara indonesia
Zat Nilai
|
Ambang Batas (ppm)
|
SO2
|
0.10
|
CO
|
20
|
NO
|
115
|
O3
|
0.10
|
Debu
|
0.26
|
Pb
|
0.06
|
H2S
|
0.03
|
NH3
|
2.0
|
Sumber: Baku mutu lingkungan udara ambien di Indonesia menurut Kepmen KLH
02/MENKLH/1988.
B. Pengertian
Pb ( Timbal )
Logam merupakan
kelompok toksikan yang unik. Logam dapat ditemukan dan menetap di alam, tetapi
bentuk kimianya dapat berubah akibat pengaruh fisika kimia, biologis atau
akibat aktivitas manusia. Toksisitasnya dapat berubah drastis apabila bentuk
kimianya berubah. Umumnya logam bermanfaat bagi manusia karena pengggunaannya
di bidang industri, pertanian atau kedokteran. Sebagian merupakan unsur penting
karena dibutuhkan dalam berbagai fungsi biokimia atau faali. Dilain pihak,
logam dapat berbahaya bagi kesehatan bila terdapat dalam makanan, air atau
udara (Darmono,2001).
Logam-logam
tertentu sangat berbahaya apabila ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi dalam
lingkungan, karena logam tersebut mempunyai sifat yang merusak jaringan tubuh
mahluk hidup, diantaranya logam Pb (timbal).
Logam timbal
telah dipergunakan oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu (sekitar 6400 SM)
hal ini disebabkan logam timbal terdapat diberbagai belahan bumi, selain itu
timbal mudah di ekstraksi dan mudah dikelola. Unsur ini telah lama diketahui
dan disebutkan di kitab Exodus. Para alkemi mempercayai bahwa timbal merupakan
unsur tertua dan diasosiasikan dengan planet Saturnus. Timbal alami, walau ada
jarang ditemukan di bumi.
Timbal
atau yang kita kenal sehari-hari dengan timah hitam dan dalam bahasa ilmiahnya
dikenal dengan kata Plumbum dan logam ini disimpulkan dengan timbal
(Pb). Logam ini termasuk kedalam kelompok logam-logam golongan IV–A pada tabel
periodik unsur kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat (BA)
207,2 adalah suatu logam berat berwarna kelabu kebiruan dan lunak dengan titik
leleh 327°C dan titik didih 1.620°C. Pada suhu 550-600°C. Timbal (Pb) menguap
dan membentuk oksigen dalam udara membentuk timbal oksida. Bentuk oksidasi yang
paling umum adalah timbal (II). Walaupun bersifat lunak dan lentur, timbal (Pb)
sangat rapuh dan mengkerut pada pendinginan, sulit larut dalam air dingin, air
panas dan air asam. Timbal (Pb) dapat larut dalam asam nitrit, asam asetat dan
asam sulfat pekat.
C.
Sifat dan Karakteristik Logam
Timbal (Pb)
Beberapa
sumber menyebutkan bahwa plumbum (Pb) adalah logam lunak berwarna abu-abu
kebiruan mengkilat, memiliki titik lebur rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat
kimia yang aktif, sehingga bisa digunakan untuk melapisi logam agar tidak
timbul perkaratan. Pb dicampur dengan logam lain akan terbentuk logam campuran
yang lebih bagus daripada logam murninya. Pb adalah logam lunak berwarna
abu-abu kebiruan mengkilat serta mudah dimurnikan dari pertambangan. Pb meleleh
pada suhu 3280C (6620F), titik didih 1.7400C (3.1640F), bentuk sulfid dan
memiliki gravitasi 11,34 dengan berat atom 207,20. Timbal (Pb) termasuk ke
dalam logam golongan IV-A pada tabel periodik unsur kimia, mempunyai nomor atom
(NA) 82 dengan bobot atau berat atom (BA) 207,2. Timbal termasuk logam berat
”trace metals” karena mempunyai berat jenis lebih dari lima kali berat jenis
air. Bentuk kimia senyawa Pb yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan akan
mengendap pada jaringan tubuh, dan sisanya akan terbuang bersama bahan sisa
metabolisme.
Menurut
Palar (2004), logam timbal (Pb) mempunyai sifat-sifat yang khusus seperti
berikut :
1. Merupakan
logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan menggunakan pisau atau dengan
tangan dan dapat dibentuk dengan mudah.
2. Merupakan
logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga logam timbal
sering digunakan sebagai bahan coating.
3. Mempunyai
titik lebur rendah hanya 327,5°C.
4. Mempunyai kerapatan yang lebih besar
dibandingkan dengan logam-logam, kecuali emas dan merkuri.
5. Merupakan
pengantar listrik yang baik.
D. Sumber Pencemaran Timbal (Pb)
1.
Sumber Alami
Kadar
timbal (Pb) yang secara alami dapat ditemukan dalam bebatuan sekitar 13 mg/kg.
Khusus timbal (Pb) yang tercampur dengan batu fosfat dan terdapat di dalam batu
pasir (sand stone) kadarnya lebih besar yaitu 100 mg/kg. Timbal (Pb)
yang terdapat di tanah berkadar sekitar 5-25 mg/kg dan di air bawah tanah (ground
water) berkisar antara 1-60 μg/liter. Secara alami timbal (Pb) juga
ditemukan di air permukaan. Kadar timbal (Pb) pada air telaga dan air sungai
adalah sebesar 1-10 μg/liter. Dalam air laut kadar timbal (Pb) lebih rendah
dari dalam air tawar. Laut Bermuda yang dikatakan terbebas dari pencemaran
mengandung Pb sekitar 0,07 μg/liter. Kandungan Pb dalam air danau dan sungai di
USA berkisar antara 1-10 μg/liter. Secara alami Pb juga ditemukan di udara yang
kadarnya berkisar antara 0,0001 - 0,001 μg/m3. Tumbuh-tumbuhan termasuk
sayur-mayur dan padi-padian dapat mengandung Pb, penelitian yang dilakukan di
USA kadarnya berkisar antara 0,1 -1,0 μg/kg berat kering. Logam berat Pb yang
berasal dari tambang dapat berubah menjadi PbS (golena), PbCO3 (cerusite) dan
PbSO4 (anglesite) dan ternyata golena merupakan sumber utama Pb yang
berasal dari tambang. Logam berat Pb yang berasal dari tambang tersebut bercampur
dengan Zn (seng) dengan kontribusi 70%, kandungan Pb murni sekitar 20% dan
sisanya 10% terdiri dari campuran seng dan tembaga.
2. Sumber
dari Industri
Industri
yang perpotensi sebagai sumber pencemaran timbal (Pb) adalah semua industri
yang memakai Timbal (Pb) sebagai bahan baku maupun bahan penolong, misalnya:
a. Industri
pengecoran maupun pemurnian. Industri ini menghasilkan timbal konsentrat (primary
lead), maupun secondary lead yang berasal dari potongan logam
(scrap).
b. Industri
baterai. Industri ini banyak menggunakan logam timbal (Pb) terutama lead
antimony alloy dan lead oxides sebagai bahan dasarnya.
c. Industri
bahan bakar. Timbal (Pb) berupa tetra ethyl lead dan tetra methyl lead banyak
dipakai sebagai anti knock pada bahan bakar, sehingga baik industri maupun
bahan bakar yang dihasilkan merupakan sumber pencemaran timbal (Pb).
d. Industri
kabel. Industri kabel memerlukan timbal (Pb) untuk melapisi kabel. Saat ini
pemakaian timbal (Pb) di industri kabel mulai berkurang, walaupun masih
digunakan campuran logam Cd, Fe, Cr, Au dan arsenik yang juga membahayakan
untuk kehidupan makluk hidup.
e. Industri
kimia, yang menggunakan bahan pewarna. Pada industri ini seringkali dipakai
timbal (Pb) karena toksisitasnya relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan
logam pigmen yang lain. Sebagai pewarna merah pada cat biasanya dipakai red
lead, sedangkan untuk warna kuning dipakai lead chromate (Sudarmaji,
dkk, 2006).
3. Sumber
dari Transportasi
Timbal,
atau Tetra Etil Lead (TEL) yang banyak pada bahan bakar terutama bensin,
diketahui bisa menjadi racun yang merusak sistem pernapasan, sistem saraf,
serta meracuni darah. Penggunaan timbal (Pb) dalam bahan bakar semula adalah
untuk meningkatkan oktan bahan bakar. Penambahan kandungan timbal (Pb) dalam
bahan bakar, dilakukan sejak sekitar tahun 1920-an oleh kalangan kilang minyak.
Tetra Etil Lead (TEL), selain meningkatkan oktan, juga dipercaya berfungsi
sebagai pelumas dudukan katup mobil (produksi di bawah tahun 90-an), sehingga
katup terjaga dari keausan, lebih awet, dan tahan lama. Penggunaan timbal (Pb)
dalam bensin lebih disebabkan oleh keyakinan bahwa tingkat sensitivitas timbal
(Pb) tinggi dalam menaikkan angka oktan. Setiap 0,1 gram timbal (Pb) perliter
bensin, menurut ahli tersebut mampu menaikkan angka oktan 1,5 sampai 2 satuan.
Selain itu, harga timbal (Pb) relatif murah untuk meningkatkan satu oktan
dibandingkan dengan senyawa lainnya (Santi, 2001).
Hasil
pembakaran dari bahan tambahan (aditive) timbal (Pb) pada bahan bakar
kendaraan bermotor menghasilkan emisi timbal (Pb) in organik. Logam berat
timbal (Pb) yang bercampur dengan bahan bakar tersebut akan bercampur dengan
oli dan melalui proses di dalam mesin maka logam berat timbal (Pb) akan keluar
dari knalpot bersama dengan gas buang lainnya (Sudarmaji, dkk, 2006).
E. Timbal (Pb) di Lingkungan
Sebagai
sumber timbal (Pb) di lingkungan hidup kita adalah (Mukono, 2002):
1. Udara
Timbal (Pb) di udara dapat berbentuk gas dan
partikel. Dalam keadaan alamiah menurut studi patterson (1965), kadar timah
hitam di udara sebesar 0,0006 mikrogram/m3, sedangkan di daerah tanpa penghuni
dipegununan California (USA), menunjukkan kadar timah hitam (Pb) sebesar 0,008
mikrogram/m3. Baku mutu di udara adalah 0,025 – 0,04 gr/Nm3.
2. Air
Analisis air bawah tanah menunjukkan kadar
timah hitam (Pb) sebesar antara 1–60 mikrogram/liter, sedangkan analisis air
permukaan terutama pada sungai dan danau menunjukkan angka antara 1–10
mikrogram/liter. Kadar timah hitam pada air laut kadarnya lebih rendah dari
yang terdapat di air tawar. Di pantai Californa (USA) kadar timah hitam (Pb)
menunjukkan kadar antara 0,08 – 0,04 mikrogram/liter. Timbal (Pb) yang larut
dalam air adalah Timbal asetat (Pb(C2H3O2)2), timbal klorat Pb(CLO3)2, timbal
nitrat Pb (NO3)2, timbal stearat Pb (C18H35O2)2. Baku mutu (WHO) timbal (Pb)
dalam air 0,1 mg/liter dan KLH No 02 tahun 1988 yaitu 0,05 – 1 mg/liter.
3. Tanah
Rata-rata timbal (Pb) yang terdapat
dipermukaan tanah adalah sebesar 5–25 mg/kg.
4. Batuan
Bumi kita mengandung timbal (Pb) sekitar 13
mg/kg. Menurut study Weaepohl (1961), dinyatakan bahwa kadar timbal (Pb)
pada batuan sekitar 10 – 20 mg/kg.
5. Tumbuhan
Secara alamiah tumbuhan dapat mengandung
timbal (Pb). Menurut Warren dan Delavault (1962), Kadar timbal (Pb) pada
dedaunan adalah 2,5 mg/kg berat daun kering.
6. Makanan
Kadar timbal (Pb) pada makanan dapat
bertambah dalam proses procecing, kandungan timbal (Pb) yang tinggi
ditemukan pada beras, gandum, kentang dan lain-lain. Asupan yang diizinkan
yaitu 50 mikrogram/kg BB (dewasa) dan 25 mikrogram/kg BB (anak-anak).
F. Perjalanan Timbal (Pb) Mencemari Lingkungan
Meningkatnya konsentrasi Pb di udara dapat berasal
dari hasil pembakaran bahan bakar bensin dalam berbagai senyawa Pb terutama
PbBrCl dan PbBrCl.2PbO. Senyawa Pb halogen terbentuk selama pembakaran bensin,
karena dalam bensin yang sering ditambahkan cairan anti letupan (anti ketok)
yang terdiri dari 62% TEL, 18% etildiklorida dan 2% bahan-bahan lainnya.
Senyawa yang berperan sebagai zat anti ketok adalah timbal oksida.
Timbal oksida ini terdapat dakam partikel-partikel
yang tersebar dala ruang bakar bensin . Senyawa Pb sukar larut dalam air tetapi
mudah larut dalam minyak atau lemak (Fardiaz, 1992). Tujuan penambahan bahan
tersebut untuk mendapatkan tingkat oktan yang lebih tinggi, agar pemakaian
bahan bakar bensin lebih ekonomis. Pada proses pembakaran mesin, senyawa ini
dilepaskan dalam bentuk partikel melalui asap gas buang kendaraan bermotor ke
udara, dimana sebagian besar mengandung partikel Pb berdiameter dibawah 1
mikron. Besarnya ukuran partikel tersebut merupakan batas ukuran partikel yang
dapat diserap melalui pernafasan.
Pada proses pembakaran mesin yang menggunakan bahan
bakar bensin, dihasilkan gugus radikal bebas yang dapat menyebabkan letupan
pada mesin, sehingga mengakibatkan menurunnya efisiensi mesin. Untuk mengatasi
hal tersebut ditambahkan bahan berupa TEL atau TML. Tujuannya adalah untuk
mengikat radikal bebas yang terbentuk selama proses pembakaran.
Bahan tersebut akan bereaksi dengan gugus radikal
bebas, dan menghalangi terjadinya reaksi pembentukan PbO. Pb dalam bensin akan
bereaksi dengan oksigen dan bahan-bahan pengikat, selanjutnya dikeluarkan melalui
system pembuangan dalam bentuk partikel. Partikel yang mengandung Pb akan
diemisikan ke dalam lingkungan, sehingga menyebabkan terjadinya pencemaran
udara oleh Pb (Kumar, De, 1979).
Melalui buangan mesin kendaraan tersebut unsur Pb
terlepas ke udara. Sebagian di antaranya akan membentuk partikulat di
udara bebas dengan unsur–unsur lain, sedangkan sebagian lainnya akan menempel
dan diserap oleh daun tumbuh – tumbuhan yang ada di sepanjang jalan.
Timbal yang terdapat dalam makanan yang diduga berasal
dari pencemaran udara dilakukan penelitian beberapa sampel makanan yang diambil
dari pasar di suatu kota. Kadar Pb dalam Beracun Berbahaya (B3) yang di
dalamnya terdapat logam – logam berat, salah satunya adalah Pb. Akumulasi logam
dalam tanaman tidak hanya tergantung pada kandungan logam dalam tanah, tetapi
juga tergantung pada unsur kimia tanah, jenis logam, pH tanah, dan spesies
tanaman (Darmono dalam Charlena, 2004).
Timbal sebagian besar diakumulasi oleh organ tanaman,
yaitu daun, batang, akar, dan akar umbi-umbian (bawang merah). Akumulasi
tertinggi Pb dalam akar dibuktikan oleh Kohar (2005) melalui studi kandungan Pb
dalam tanaman kangkung. Pada tanaman kangkung yang berumur 6 minggu, Pb
terdapat dalam akar sebanyak 3.36 mg/kg sampel dan di bagian lain dari tanaman
terdapat kandungan Pb sebesar 2.09 mg/kg sampel. Sedangkan pada tanaman
kangkung yang berumur 3 minggu, kandungan Pb nya dalam akar adalah 1.86 mg/kg
sampel dalam bagian lain dari tanaman sebesar 1.13 mg/kg. Hasil ini menunjukkan
bahwa pajanan Pb pada tanaman kangkung lebih banyak terdapat pada bagian akar.
Selain itu, kandungan Pb dalam tanaman kangkung yang berumur 3 minggu baik di
akar maupun di bagian lain tidak melebihi ambang batas yang ditetapkan 2 mg/kg,
sehingga dianjurkan untuk memanen kangkung pada umur tidak lebih dari 3 minggu.
Perpindahan Pb dari tanah ke tanaman tergantung
komposisi dan pH tanah, serta KTK (Kemampuan Tukar Kation). Tanaman dapat
menyerap logam Pb pada saat kondisi kesuburan tanah, kandungan bahan organik,
serta KTK tanah rendah. Pada Keadaan ini logam berat Pb akan terlepas dari
ikatan tanah dan berupa ion yang bergerak bebas pada larutan tanah. Jika logam
lain tidak mampu menghambat keberadaannya, maka akan terjadi serapan Pb oleh
akar tanaman. Menurut Supardi dalam Charlena (2004), timbal tidak akan larut ke
dalam tanah jika tanah tidak terlalu masam. Tingginya tingkat keasaman dapat
diatasi dengan pengapuran. Pengapuran tanah mengurangi ketersediaan timbal dan
penyerapannya oleh tanaman. Timbal akan diendapkan sebagai hidroksida, fosfat
dan karbonat. Ion-ion Ca2+ bersaing dengan timbal untuk menempati tempat -
tempat petukaran pada akar dan permukaan tanah.
Pencemaran tanah oleh timbal selain disebabkan oleh
limbah B3 dapat pula disebabkan dari air yang tercemar Pb, kemudian terserap
oleh tanah dan hendaknya tidak melampaui konsentrasi alami Pb dalam sedimen
yaitu 10 – 70 ppm.
G. Metabolisme
Timbal
1. Absorbsi
Pajanan timbal (Pb) dapat berasal dari
makanan, minuman, udara, lingkungan umum, dan lingkungan kerja yang tercemar
timbal (Pb). Pajanan non okupasional biasanya melalui tertelannya makanan dan
minuman yang tercemar timbal (Pb). Pajanan okupasional melalui saluran
pernapasan dan saluran pencernaan terutama oleh timbal (Pb) karbonat dan timbal
(Pb) sulfat. Masukan timbal (Pb) 100 hingga 350 mikrogram/hari dan 20
mikrogram/hari diabsorbsi melalui inhalasi uap timbal (Pb) dan partikel dari
udara lingkungan kota yang polutif (DeRoos, 1997 dalam Ardyanto, 2005.). Timah
hitam dan senyawanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan
dan saluran pencernaan, sedangkan absorbsi melalui kulit sangat kecil sehingga
dapat diabaikan. Bahaya yang ditimbulkan oleh timbal (Pb) tergantung oleh
ukuran partikelnya. Partikel yang lebih kecil dari 10 mikrogram dapat tertahan
di paruparu, sedangkan partikel yang lebih besar mengendap di saluran nafas
bagian atas. Absorbsi timbal (Pb) melalui saluran pernafasan dipengaruhi oleh
tiga proses yaitu deposisi, pembersihan mukosiliar, dan pembersihan alveolar.
Deposisi terjadi di nasofaring, saluran trakeobronkhial, dan alveolus. Deposisi
tergantung pada ukuran partikel timbal (Pb) volume pernafasan dan daya larut.
Partikel yang lebih besar banyak di deposit pada saluran pernafasan bagian atas
dibanding partikel yang lebih kecil (DeRoos 1997, dan OSHA, 2005 dalam Ardyanto,
D, 2005.). Pembersihan mukosiliar membawa partikel di saluran pernafasan bagian
atas ke nasofaring kemudian di telan.
Rata-rata 10–30% Pb yang terinhalasi
diabsorbsi melalui paru-paru, dan sekitar 5-10% dari yang tertelan diabsorbsi
melalui saluran cerna (Palar, 1994). Fungsi pembersihan alveolar adalah membawa
partikel ke ekskalator mukosiliar, menembus lapisan jaringan paru kemudian
menuju kelenjar limfe dan aliran darah. Sebanyak 30-40% timbal (Pb) yang di
absorbsi melalui saluran pernapasan akan masuk ke aliran darah. Masuknya timbal
(Pb) ke aliran darah tergantung pada ukuran partikel daya larut, volume
pernafasan dan variasi faal antar individu (Palar, 1994).
2. Distribusi dan penyimpanan
Timah hitam yang diabsorsi diangkut oleh
darah ke organ-organ tubuh sebanyak 95% timbal (Pb) dalam darah diikat oleh
eritrosit. Sebagian timbal (Pb) plasma dalam bentuk yang dapat berdifusi dan
diperkirakan dalam keseimbangan dengan pool timbal (Pb) tubuh lainnya
dibagi menjadi dua yaitu ke jaringan lunak (sumsum tulang, sistim saraf,
ginjal, hati) dan ke jaringan keras (tulang, kuku, rambut, gigi) (Palar, 1994).
Gigi dan tulang panjang mengandung timbal (Pb) yang lebih banyak dibandingkan
tulang lainnya. Pada gusi dapat terlihat lead line yaitu pigmen berwarna
abu abu pada perbatasan antara gigi dan gusi (Goldstein & Kipen, 1994 dalam
Ardyanto, 2005.). Hal itu merupakan ciri khas keracunan timbal (Pb). Pada
jaringan lunak sebagian timbal (Pb) disimpan dalam aorta, hati, ginjal, otak,
dan kulit. Timah hitam yang ada dijaringan lunak bersifat toksik.
3. Ekskresi
Ekskresi
timbal (Pb) melalui beberapa cara, yang terpenting adalah melalui ginjal dan
saluran cerna. Ekskresi timbal (Pb) melalui urine sebanyak 75–80%, melalui
feces 15% dan lainnya melalui empedu, keringat, rambut, dan kuku (Palar,1994).
Ekskresi timbal (Pb) melalui saluran cerna dipengaruhi oleh saluran aktif dan
pasif kelenjar saliva, pankreas dan kelenjar lainnya di dinding usus,
regenerasi sel epitel, dan ekskresi empedu. Sedangkan Proses eksresi timbal
(Pb) melalui ginjal adalah melalui filtrasiglomerulus.
H. Efek Timbal (Pb) Terhadap Kesehatan
Paparan
bahan tercemar timbal (Pb) dapat menyebabkan gangguan sebagai berikut :
1. Gangguan
Neurologi
Gangguan neurologi (susunan syaraf) akibat
tercemar oleh timbal (Pb) dapat berupa encephalopathy, ataxia, stupor dan coma.
Pada anak-anak dapat menimbulkan kejang tubuh dan neuropathy perifer.
2. Gangguan
terhadap fungsi ginjal.
Logam berat timbal (Pb) dapat menyebabkan
tidak berfungsinya tubulus renal, nephropati irreversible, sclerosis vaskuler,
sel tubulus atropi, fibrosis dan sclerosis glumerolus. Akibatnya dapat
menimbulkan aminoaciduria dan glukosuria, dan jika paparannya terus berlanjut
dapat terjadi nefritis kronis.
3. Gangguan terhadap sistem reproduksi.
Logam berat timbal (Pb) dapat menyebabkan
gangguan pada sistem reproduksi berupa keguguran, kesakitan dan kematian janin.
Logam berat timbal (Pb) mempunyai efek racun terhadap gamet dan dapat menyebabkan
cacat kromosom. Anak -anak sangat peka terhadap paparan timbal (Pb) di udara.
Paparan timbal (Pb) dengan kadar yang rendah yang berlangsung cukup lama dapat
menurunkan IQ.
4. Gangguan
terhadap sistem hemopoitik.
Keracunan timbal (Pb) dapat dapat menyebabkan
terjadinya anemia akibat penurunan sintesis globin walaupun tak tampak adanya
penurunan kadar zat besi dalam serum. Anemia ringan yang terjadi disertai
dengan sedikit peningkatan kadar ALA (Amino Levulinic Acid) urine. Pada
anak–anak juga terjadi peningkatan ALA dalam darah. Efek dominan dari keracunan
timbal (Pb) pada sistem hemopoitik adalah peningkatan ekskresi ALA dan CP (Coproporphyrine).
Dapat dikatakan bahwa gejala anemia merupakan gejala dini dari keracunan timbal
(Pb) pada manusia. Dibandingkan dengan orang dewasa, anak -anak lebih sensitif
terhadap terjadinya anemia akibat paparan timbal (Pb). Terdapat korelasi
negatif yang signifikan antara Hb dan kadar timbal (Pb) di dalam darah.
5. Gangguan
terhadap sistem syaraf.
Efek pencemaran timbal (Pb) terhadap kerja
otak lebih sensitif pada anak-anak dibandingkan pada orang dewas. Gambaran
klinis yang timbul adalah rasa malas, gampang tersinggung, sakit kepala,
tremor, halusinasi, gampang lupa, sukar konsentrasi dan menurunnya kecerdasan
pada anak dengan kadar timbal (Pb) darah sebesar 40-80 μg/100 ml dapat timbul
gejala gangguan hematologis, namun belum tampak adanya gejala lead
encephalopathy. Gejala yang timbul pada lead encephalopathy antara lain adalah
rasa cangung, mudah tersinggung, dan penurunan pembentukan konsep. Apabila pada
masa bayi sudah mulai terpapar oleh timbal (Pb), maka pengaruhnya pada profil
psikologis dan penampilan pendidikannya akan tampak pada umur sekitar 5-15
tahun. Akan timbul gejala tidak spesifik berupa hiperaktifitas atau gangguan
psikologis jika terpapar timbal (Pb) pada anak berusia 21 bulan sampai 18 tahun
(Sudarmaji, dkk, 2006).
I.
Upaya – upaya
penanggulangan pencemaran oleh Pb
Lebih baukmencegahdaripadamengobatimerupakansuatu
motto yang tetapdiakuihinggasaatini.Untukitu, sebelumterjadikasus yang lebih parah
perlu dilakukan tindakan-tindakan pencegahan.
Menurut Umar Fahmi Achmad menyatakan pengendalian Pb
yang merupakan sebagian dari gas buang kendaran bermotor cukup sulit, karena cukup
banyak variable yang mempengaruhinya diantaranya cara mengemudi, ketaatanperawatan, kemacetan, banyaknyakendaraanpribadi,
dll. Untuk itu perlu dilakukan bebera papendekatan
,antara lain :
1.
PendekatanTeknis
Timah hitam yang keluar dari knalpot berbentuk partikel
yang sangat halus, adanya polutan timbal
(Pb) karena dalam bensin diberikan bahan
tambah berupa Pb (C2H5)4 yaitu Tetra EthilLead
(TEL) sebagai upaya untuk meningkatkan angka oktan. Partikel Pb dapat mencemari
tanaman pangan, dan bila hasil tanaman tersebut
dikonsumsi manusia maka dapat menyebabkan keracunan.
Untuk menghilangkan polutan Pb dapat dilakukan secara teknik,
yaitu dengan mengendalikan bahan bakar
yang akan digunakan oleh kendaraan bermotor. Hal ini dapat dilakukan dengan menggantikan
TEL dengan anti knocking yang lain yang tidak mengandung Pb. Mencari bahan alternatif juga merupakan
solusi yang banyak ditawarkan. Bahan bakar tersebut dapat berupa bahan bakar
gas (BBG).
Mobil listrik merupakan solusi program langit biru
yang paling tepat karena tidak menggunakan motor bakar sebagai tenaga
penggerak, melainkan motor listrik sehingga emisinya nol. Pada saat ini mobil
listrik bukan Propotipe lagi melainkan sudah diproduksi secara massal dan
dijual pada pasar mobil.
2.
Pendekatan
planatologi, administrasi dan hukum
Pemerintah mempunyai posisi yang paling srategis dalam
upaya pengendalian pencemaran Pb ini. Pemerintah dapat menyusun tata kota dan
rambu lalu lintas yang memungkinkan kendaraan dapat berjalan
lancar, dapat mengontrol kadar Pb dan mengenakan sanksi atas pengendara yang
melanggar. Menurut hasil uji emisi kendaraan bermotor akhir juni 1996 di
Jakarta selama 6 hari, sebanyak 60% kendaraan brmotor telah melampaui baku mutu
emisi.
Hukum sebagai salah satu sarana dalam upaya untuk
mencegah dan menanggulangi akibat dari emisi gas kendaraan bermotor karena di
undang-undang telah disebutkan syarat – syarat kendaraan bermotor.
3.
Pendekatan Edukasi
Upaya mengurangi Pb dalam udara bukan hanya tugas
pemerintah saja, melainkan tanggung jawab seluruh rakyat. Untuk itu dapat
dilakukan dngan cara :
a. Memberikan informasi secara intensif kepada masyarakat
tentang dampak Pb pada kesehatan dan lingkungan ,serta bagaimana cara
mengatasinya. Dengan mengetahui
dampak tersebut diharapkan timbul kesadaran masyarakat untuk
melakukan upaya mengatasinya.
b. Melakukan pendidikan pelatihan pada orang-orang yang
potensial menjadi penyebab meningkatnya pencemaran Pb , seperti pengemudi ,pemilik
kendaraan bermotor, mekanik/teknisi yang melakukan perawatan kendaraan
J.
Tanaman Penyerap Partikel
Timbal (Pb)
Untuk
meningkatkan bilangan oktan pada bensin dan mengurangi letupan di dalam mesin
kendaraan bermotor, maka ke dalam bensin ditambahkan TEL (tetra ethyl lead),
yang jumlahnya berbeda-beda untuk setiap negara. Penggunaan TEL dalam bensin
ternyata menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Gas buang dari
kendaraan bermotor merupakan sumber utama timbal (Pb) di lingkungan (Sahwan,
1991). Umasda 1989 dalam Soemarno mengklasifikasikan kemampuan jenis pohon
dalam menyerap partikel timbal (Pb) dari udara sbb:
1. Jenis
pohon dengan kemampuan menyerap sangat baik: jambu batu, ketapang, dan bungur.
2. Jenis
pohon dengan kemampuan menyerap sedang: mahoni, mangga, cemara gunung, angsana.
3. Jenis
pohon dengan kemampuan menyerap rendah: daun kupu-kupu, kersen, kenangakere
payung, karet munding, kenari, akasia, dadap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar